Friday, June 22, 2007


Angin meriakkan air laut, membentuk gulungan ombak
Memecah di pantai berpasir putih
Seperti dua buah hati yang sebelumnya terpecah
Disatukan atas nama cinta

Mata bahagia pandangi ayam goreng di hadapan
Senyum sumringah mengiringi sedotan dialiri teh botol
Raut mengangguk malu ketika cinta diungkapkan
Lagi-lagi atas nama cinta

Tak peduli ocehan yang panaskan hati
Tak hiraukan pandang melecehkan terlontar
Bergeming
jemari bertaut menandakan janji terpahat
Lagi-lagi atas nama cinta lagi

Waktu berlalu...akankah cinta dipertanyakan?
Jam berdetik...akankah janji terpahat kian meruntuh?
Hari melayang...akankah bahagia kan tersapu?
Atas nama cinta...masihkah ada?

(Ancol, 22 Juni 2003)

Thursday, June 21, 2007

Sebuah Skenario Super


Pasti pernah terlintas di pikiran anda, mungkin ketika anda masih pake celana pendek merah,
keinginan untuk dilahirkan menjadi orang lain. Segampang, tetangga sebelah rumah dibeliin sebuah sepeda baru
sama bapak ibunya, sementara bapak ibu anda kekeuh kalo cicilan mobil mereka lebih penting untuk diselesaikan sebelum bisa membeli sepeda-sepedaan.
Pasti kemudian anda berpikir, lebih enak jadi anaknya tetangga sebelah. Bapak Ibunya engga segalak orang tua anda, dan sepertinya duit mereka lebih banyak.
Udah gedean lagi, sibuk mengeluh karena harus beli rumah di pinggir kota gara-gara budget terbatas.

Sekarang, coba kita bayangkan kalo kita dilahirkan sebagai anak si tetangga sebelah (just name one of your favorite conglomerat) yang sangat makmur hidupnya. Seperti apakah hidup anda
sekarang?

Kalo saya,
Teman saya bilang, saya pasti akan jadi perempuan socialite yang angkuh bin congkak...chin
up baby! Annnndddd...shopaholic for damn sure! Setiap brand kelas dunia (name it!) pasti
tersedia di lemari saya dan dalam berbagai varian. Tapi saya end up menjadi orang yang sombong.

Kalo teman ngobrol saya ini,
Pasti dia akan jadi tukang party gila-gilaan...sex, drugs and rock n roll. Perempuan mana
aja pasti disikat ama dia. Kerjanya travelling dari satu pulau ke pulau lain, satu negara ke
benua lainnya. Tapi dia end up menjadi orang yang boros.

Mungkin itu sebabnya kita tidak dilahirkan sebagai anaknya si tetangga sebelah yang punya
kelebihan materi (Buktinya, banyak anak konglomerat yang berhasil melipatgandakan kerajaan
orang tuanya karena kepintaran dan kerja keras mereka, dan engga cuma buang-buang duit kayak saya dan teman saya). Atau tidak ditakdirkan untuk menjadi model dan bintang iklan yang punya kelebihan jasmani (karena ujungnya kami bisa jadi playboy cap teri). Tapi hanya dilahirkan sebagai orang biasa dengan materi dan jasmani secukupnya. Karena Tuhan tahu kita akan jadi orang yang sombong, boros, pemalas dan sederet titel engga berguna lainnya, kalau kita dilahirkan dengan situasi berlebih. Ketika "kelebihan-kelebihan" itu kita dapatkan melalui perjalanan panjang dan penuh perjuangan, pada akhirnya model manusia macam saya dan teman saya itu jadi bisa belajar memiliki kelebihan-kelebihan tsb tanpa menjadi pongah dan jumawa.

Kalo gitu, mari kita nikmati aja apa yang kita punya. Just believe, someday we'll know the answer. Hhhmmm, emang skenario yang super canggih!


Jalankanlah hidupmu yang indah
Jangan pernah kau berkeluh kesah
Walau kadang engkau lelah (hidup itu tetap indah)
(Hidup Itu Indah - Naif, Titik Cerah 2002)

Tuesday, June 19, 2007

Nikmatilah Lara


Perkenalkan, dia adalah Lara. Sosoknya yang rapuh seringkali mengesankan kenaifan yang tidak berbahaya. Senyumnya yang misterius mengundang rasa penasaran untuk mengajaknya menetap. Mata tajamnya menyelidik dan menggoda hati yang tak siap. Seringkali manusia tidak menyadari kehadirannya, sampai pada suatu momen dimana manusia membuka lebar pintu hati
tanpa disadari untuk sang Lara menetap.

Ketika dia sudah masuk dan membangun kerajaannya, tidak ada hal lain yang bisa kita lakukan selain menikmatinya. Rasakan tiap seretan langkah dalam lingkaran kepedihan yang diciptakan oleh senyumnya yang misterius. Peganglah dadamu untuk merasakan tiap tusukan jarum yang dikarenakan oleh ketajaman matanya. Nikmatilah tiap tetes kepedihan, bersama air matanya yang bagaikan cuka bagi hatimu yang luka.

Terimalah dia dengan kedua tanganmu yang terbuka, namun janganlah kamu menyayanginya.
Bukan kasih sayang yang dia butuhkan, melainkan berdamailah dengannya. Nikmatilah kehadirannya sebagai bagian dari dirimu dalam perjalananmu mencapai puncak. Karena kehadirannya yang sementara bisa membuatmu tegar menghadapi angin yang dingin dan menggigit di puncak sana.


Lebih dari ini pernah kita lalui
Takkan lagi kita mesti jauh melangkah
Nikmatilah lara
Untuk sementara saja
(Sementara - Float, OST 3 Hari Untuk Selamanya 2007)


Sunday, June 17, 2007

Words of Wisdom


When I find myself in times of trouble
Mother Mary comes to me
Speaking words of wisdom
Let it be
And in my hour of darkness
She is standing right in front of me
Speaking words of wisdom
Let it be

And when the broken hearted people
Living in the world agree
There will be an answer
Let it be
For though they may be parted there is
Still a chance that they will see
There will be an answer
Let it be

And when the night is cloudy
There is still a light that shines on me
Shine until tomorrow
Let it be
I wake up to the sound of music
Mother Mary comes to me
Speaking words of wisdom
Let it be

Let It Be - The Beatles, Let It Be 1970

Wednesday, June 13, 2007

Iri Pada Cinta


Rasa itu datang lagi dan menggerogoti sudut jiwa
Kenapa?
Apa yang membuat dia merasa terpanggil untuk kembali?
Bukankah sudah dibangunkan si pelindung untuk menghalangi kedatangannya?

Ternyata masih ada yang lebih tipis dari kertas
Antara khayalan dan realita, keinginan dan kemampuan
Kesombongan merusakkan segalanya, menguak luka semakin dalam
Membuat dia dan amarah bersekongkol, menerobos kesadaran rasional

Sahabatku berucap, cinta adalah yang utama
Dan semua hal lain adalah pengikutnya
Apakah mungkin prinsip itu miliki rasa iri pada cinta?
Itukah sebabnya semakin banyak hati yang luka?

(Blitz, Jakarta - Juni 2007)

Monday, June 04, 2007

Lirik Dalam Hidup

"Andai saja aku pengantinmu, bahagia pasti di hati
Malam menyanggupi jadi saksi"

Seandainya cinta bisa dan mau diperlakukan sesimpel lirik lagu tersebut. Seorang teman pernah curhat, bahwa yang dia inginkan hanyalah sebuah hidup yang simpel dan engga neko-neko kalo kata orang Jawa. Jawaban yang dia dapet dari si pasangan adalah,"Tapi lo engga akan puas sama yang simpel-simpel itu!".

Membayangkan kalo hidup kita (mungkin dalam hal ini, "kita" lebih mengacu kepada saya dan 70% teman-teman saya) bisa sesimpel ini: kuliah, lulus dengan angka yang tidak memalukan, dapet kerjaan enak, punya pacar, kawin, punya anak, punya rumah dan hidup berlanjut as it is. Dan tidak seperti ini: kuliah, lulus, freelance dgn project 2 bulan sekali, kerja kantoran, jomblo selama 2 tahun, jatuh cinta tapi bertepuk sebelah tangan selama 3 tahun, pindah kerja dengan gaji lebih kecil, bokek gila padahal keinginan banyak, pacaran beda agama, dapet kerjaan baru dgn gaji gede tapi bos engga enak, pacarnya engga mau diajak kawin, jomblo dan hampa lagi and so on and so on. Duh engga ada abisnya tuh masalah...kapan nyampe di bagian "punya anak" sih? Walaupun beberapa udah nyampe bagian "punya rumah", padahal belom pernah menginjak zona "kawin" (kalo kata orang tua pamali loh).

Apakah emang keribetan itu kita sendiri yang nyari, supaya terasa lebih 'nendang' ketika berhasil menaklukkannya?
Atau hidup yang ribet itu udah jadi nasib beberapa orang? Bukan bermaksud mempertanyakan Sang Pencipta (karena bisa aja disebabkan oleh si manusianya sendiri), kira-kira faktor apa ya yang membuat si anu hidupnya ribet sementara si una hidupnya simpel? Jangan-jangan faktor nama juga berpengaruh? Kalo gitu, hati-hati buat para orang tua baru ketika mau ngasih nama anak, jangan sampai bikin dia bergabung dengan Geng Hidup Ribet.

Mungkin dalam perjalanan menjadi orang yang lebih dewasa, pada akhirnya kita bisa menghargai dan bersyukur atas semua keribetan hidup yang kita dapatkan. Walaupun sambil manyun ngiri sama orang lain yang
so-called-have-a-simple-life, kita akan menyadari bahwa kita bisa jadi orang lebih kuat iman, punya pengalaman hidup beragam yang bikin kita jadi orang yang lebih bijaksana dari keribetan ke keribetan lainnya. Satu kuncian yang sedang saya pelajari sih, belajar untuk selalu pasrah dan ikhlas. Gampang? Pastinya (sangat) tidak sama sekali.

Life'll only be as crazy as it's always been

Wake up early, stay up late, having debts

Things won't as easy as it often seems

You said, "To the future we surrender".

(Surrender - Float, OST 3 Hari Untuk Selamanya, 2007)