Wednesday, March 21, 2007

Numbness In Life


Sebuah rasa yang sudah tak bisa dirasakan lagi
Entah apa itu namanya
Seperti lidah yang sudah tak bisa merasakan nikmatnya setusuk sate
Seperti mata yang sudah tak mampu menangkap keindahan panorama

Semuanya berjalan di depan mata
Sepeti komidi putar kosong yang terus menerus berputar tanpa arti
Tak juga mampu menarik senyum di bibir
Tak lagi mampu mengajak kaki berlari menghampiri

Entah apa itu namanya
Ketika dinding-dinding menjaga hati begitu ketat
Demi terhindar dari benturan kesakitan dan kekecewaan
Yang seringkali mampir tanpa kenal waktu

Akankah dinding itu akan berlubang?
Supaya kita bisa mengintip keluar lagi
Melihat dunia warna-warni yang memanjakan ego
Supaya kita kembali merasakan dinginnya angin hidup


Sunday, March 18, 2007

Bitterness of A Memory


A decision which couldn't be taken back
A memory which couldn't be erased
Let it stays as a wonderful memory in your heart and mind
Don't know when it can be present in your life anymore

Don't let the unfinished memory becomes a shadow
It will haunt your life forever
Take a step after another slowly
And let the shadow leaves you behind

Let the memory stays as a memory
Where you can visit at anytime
And hold it tight anytime you miss it
Because the memory is the only thing you have now

Let the cold wind dries your tears
Let the time kills your foolish hope
Let the rain washes your broken heart
Let the sun burns the shadow

Because...reality bites

(Tokyo, Japan, March 2007)

Friday, March 16, 2007

Tipisnya Khayalan


Satu momen yang bisa membuat kita
kembali hidup
Mengingat masa ketika kita berada di atas bukit
Berdiri melawan angin yang menerpa, tetapi tetap berbunga
Khayalan begitu tipis, hampir menjadi nyata
Ingin rasanya terus tersenyum, bergandengan dengannya
Membuatnya tetap dalam pandangan dan tak ingin kehilangan

Tak menyangka...kilat menyambar
Mengaum dengan kemarahan yang memekakkan telinga
Sekaligus membuat hati bertangiskan darah pilu
Oh kabut itu datang, mengambil khayalan hati
Hanya sekejap yang diharapkan, namun ternyata sekejap itupun tak sampai
Haruskah dia pergi dan tinggalkan diri hanya mampu mengenang
Tak lagi bisa memandang, apalagi menyentuh

Tak ada yang perlu disesali
Dia pergi tinggalkan senyum, walaupun berbaur dengan air mata
Satu momen yang tak akan pernah hilang dalam catatan hidup
Momen ketika hati beku itu kembali mengaliri tiap sendi
Menghangatkan mata hati yang menghitam tertutup debu amarah

Satu momen yang bisa membuat kita kembali hidup
Ketika khayalan itu begitu tipis, hampir menjadi nyata

(Tokyo, Japan, March 2007)