Monday, August 29, 2005

A Letter To Prambors...

Sebenarnya, ini bukan surat pertamaku untuk Prambors. Back in 1999, empat kali aku mengirimkan surat lamaran ke Prambors, demi menjadi seorang wadyabala. Saat jadi seorang produser, di tahun 2000, aku mengirimkan sebuah surat penuh kemarahan, karena merasa dikecewakan oleh Prambors. Tapi aku terus bertahan...sampai hari ini.

Hari ini...tepat hari ini...ketahananku jebol sudah...

Enam tahun sudah aku berjalan bersamanya. Si anak kuliahan culun yang engga tahu apa-apa, hanya bisa mengerjakan apa yang diperintahkan, seperti boneka tangan. Satu demi satu ilmu aku pungut di sana, aku jahit dan aku hias dalam kepalaku. Nyaris pernah dikeluarkan karena dianggap tidak mampu berkarya sesuai standard, aku terus bertahan hingga hari ini, dimana aku dipercaya untuk memegang kendali penciptaan karya. Tak terhingga besarnya rasa terima kasihku atas ilmu, pengalaman, kenangan, penghargaan, persahabatan dan amarah.

Sebuah surat...hanya selembar...tapi penuh arti dan makna.

Akhirnya, setelah dua tahun bergulat dengan pikiranku sendiri, aku berani untuk membuat surat tersebut. Setelah merasa terdesak oleh hati dan rasional, aku mampu untuk menyerahkan surat tersebut. Tidak terhitung jumlah helaan napas yang mengiringi irama keyboard notebook, ketika surat itu dibuat. Tak tertahankan air mata mengambang, mengaburkan pandangan hati, ketika surat itu diserahkan. The magic of a letter. Surat pengunduran diriku...


And everytime I try to pick it up
Like falling sand
As fast as I pick it up
It runs away through my clutching hands
(A Letter To Elise - The Cure, 1992)

Monday, August 01, 2005

LELAHNYA AKU...

Mengerjakan semuanya...
Menghadapi semuanya...
Menyembunyikan semuanya...
Merelakan semuanya...

Apakah memang seperti ini yang harus dijalani...
Apakah memang harus begini menjalaninya...
Apakah memang harus begini jalannya...

Cuma segini yang bisa aku tulis
Ketika semua kelelahan, kebingungan, kemarahan
Bercampur menjadi sebuah perasaan yang tak terdefinisikan...
Aku cuma tahu bahwa betapa...

Lelahnya aku...

SIAPA MEREKA???

Siapakah mereka?

apakah mereka hanya orang bodoh...
yang tidak tahu cara menempatkan diri...
yang tidak bisa berlaku profesional...
yang tidak tahu yang mana yang prioritas...
yang tidak bisa membuat mereka lebih berharga di mata orang lain...

Hebat sekali mereka!!!
Sama sekali tidak peduli dengan orang lain...
"Biarkan orang lain yang punguti tahiku"...kata mereka
"Karena sekarang kan tanganku sudah berbalut sarung emas", tambah mereka

Kasihan sekali mereka...
Banyak orang yang tidak menghargai mereka dalam hatinya
Semakin banyak yang merutuki mereka dalam hatinya
Tanpa mereka tahu karena terbuai lembutnya awan di atas langit

Aku benci mereka!!!!
Aku benci mereka!!!!
Dari lubuk hatiku...sudah tidak ada lagi rasa percaya
Sudah tidak ada lagi rasa sayang
Aku tidak peduli lagi pada mereka...karena aku benci mereka!!!