Thursday, June 21, 2007

Sebuah Skenario Super


Pasti pernah terlintas di pikiran anda, mungkin ketika anda masih pake celana pendek merah,
keinginan untuk dilahirkan menjadi orang lain. Segampang, tetangga sebelah rumah dibeliin sebuah sepeda baru
sama bapak ibunya, sementara bapak ibu anda kekeuh kalo cicilan mobil mereka lebih penting untuk diselesaikan sebelum bisa membeli sepeda-sepedaan.
Pasti kemudian anda berpikir, lebih enak jadi anaknya tetangga sebelah. Bapak Ibunya engga segalak orang tua anda, dan sepertinya duit mereka lebih banyak.
Udah gedean lagi, sibuk mengeluh karena harus beli rumah di pinggir kota gara-gara budget terbatas.

Sekarang, coba kita bayangkan kalo kita dilahirkan sebagai anak si tetangga sebelah (just name one of your favorite conglomerat) yang sangat makmur hidupnya. Seperti apakah hidup anda
sekarang?

Kalo saya,
Teman saya bilang, saya pasti akan jadi perempuan socialite yang angkuh bin congkak...chin
up baby! Annnndddd...shopaholic for damn sure! Setiap brand kelas dunia (name it!) pasti
tersedia di lemari saya dan dalam berbagai varian. Tapi saya end up menjadi orang yang sombong.

Kalo teman ngobrol saya ini,
Pasti dia akan jadi tukang party gila-gilaan...sex, drugs and rock n roll. Perempuan mana
aja pasti disikat ama dia. Kerjanya travelling dari satu pulau ke pulau lain, satu negara ke
benua lainnya. Tapi dia end up menjadi orang yang boros.

Mungkin itu sebabnya kita tidak dilahirkan sebagai anaknya si tetangga sebelah yang punya
kelebihan materi (Buktinya, banyak anak konglomerat yang berhasil melipatgandakan kerajaan
orang tuanya karena kepintaran dan kerja keras mereka, dan engga cuma buang-buang duit kayak saya dan teman saya). Atau tidak ditakdirkan untuk menjadi model dan bintang iklan yang punya kelebihan jasmani (karena ujungnya kami bisa jadi playboy cap teri). Tapi hanya dilahirkan sebagai orang biasa dengan materi dan jasmani secukupnya. Karena Tuhan tahu kita akan jadi orang yang sombong, boros, pemalas dan sederet titel engga berguna lainnya, kalau kita dilahirkan dengan situasi berlebih. Ketika "kelebihan-kelebihan" itu kita dapatkan melalui perjalanan panjang dan penuh perjuangan, pada akhirnya model manusia macam saya dan teman saya itu jadi bisa belajar memiliki kelebihan-kelebihan tsb tanpa menjadi pongah dan jumawa.

Kalo gitu, mari kita nikmati aja apa yang kita punya. Just believe, someday we'll know the answer. Hhhmmm, emang skenario yang super canggih!


Jalankanlah hidupmu yang indah
Jangan pernah kau berkeluh kesah
Walau kadang engkau lelah (hidup itu tetap indah)
(Hidup Itu Indah - Naif, Titik Cerah 2002)

No comments: