Therefore I Exist
Aku ingin muncul di TV
Buat acaraku sendiri
Bukan gosipnya selebritis
Pastinya harus lebih berisi
(Televisi - NAIF, 2007)
Alat apa yang paling canggih untuk menyampaikan pesan ke seluruh Indonesia? Yang lebih canggih banyak (kayak sebuah iklan ya?), tapi yang paling ampuh adalah sebuah kotak sabun berlistrik dan berwarna yang dikasih nama TELEVISI.
Kebayang apa yang mampu dilakukan oleh kotak sabun itu terhadap pemirsanya. Sayangnya, TV Indonesia banyak yang tidak menyadari kehebatannya dalam mempengaruhi orang. Rating, dewanya TV, adalah segalanya...bahkan melebihi nilai ideal kehadiran TV sebagai sebuah media yang punya sebuah tugas tersendiri. Akibatnya, tersebarlah sebuah virus yang disebut latah. Ketika sebuah stasiun TV sukses dengan sinetronnya, maka kita bisa menemukan sinetron di jam 2 pagi tayang hampir di semua stasiun TV. Kala salah satu acara yang paling digemari adalah infotainment, maka semua stasiun TV pasti punya program dengan model yang sama. Mau dikasih judul apa kek, intinya tetap aja ngomongin kehidupan pribadi orang lain (bahkan di beberapa kasus sampai merusak kehidupan orang lain).
Padahal TV itu mampu membuat orang mengintrospeksi diri menjadi a better person. Bukan membanding-bandingkan kehidupan setiap artis yang nongol di infotainment. TV itu sanggup membuat orang menitikkan air mata, mensyukuri hidup kala dihadirkan kisah nyata mengenai hidup sesama di belahan dunia lain. Bukan cuma sekedar menyuapkan mimpi-mimpi kemewahan semata dari pemain sinetron yang pake make-up ketika adegan baru bangun tidur. Bukan menjadi ajang pamer.
Andaikan kehadiran mereka yang ada di TV bisa menjadi inspirasi bagi orang-orang yang mengaguminya. Bukan sekedar memuaskan hasrat eksistensi.
Sempurnalah hidupku kini!
Ku ada di TV, maka aku ada !
dan tunggu sebentar lagi
ku akan kembali setelah yang satu ini!
(I'm On Tv (Therefore I Exist) - Liga Musik, 1998)