Wednesday, January 30, 2008

Tibalah Saatnya


Tibalah pagi itu...
Ketika hati menyatakan keraguan akan hari yang cerah
Kenapa, tanyaku...
Hanya tunduk dan senyum sedih yang kudapat

Tibalah saat itu...
Ketika semua tanya dapatkan sinyal jawaban
Kenapa datang lagi, isakku
Di saat semuanya mulai terlihat terang dan kembali berwarna

Tibalah suara kenangan...
Hadir kembali dengan kelirihan yang mengenaskan
Hati hanya mampu diam berdiri di persimpangan
Sanggupkah tepis sirnakan bayangan

Tibalah kekuatan ini...
Ketika tak mau lagi hadapi dan terima hadirnya kembali
Ketika semua sudah terlanjur dihapus dari ingatan hati
Ketika putusan adalah ingin lari songsong matahari


Monday, December 31, 2007

Malam Tahun Baru Yang Baru


Setelah sekian tahun berjalan
Melewati malam pergantian tahun yang berbeda suasana
Namun satu benang merah yang tetap terjalin
Dari sekian malam penuh kerlipan kembang api dan keceriaan tawa

Tapi...malam ini akan berbeda

Sang benang merah telah terputus dan menjuntai
Tak lagi ingin merasakan ataupun berhalusinasi
Hanya berharap malam ini menghadirkan asa baru yang akan terjalin

Malam baru di malam tahun baru
Dengan suasana baru, wajah-wajah baru dan sajian baru
Mempersiapkannya dengan semangat baru
Untuk mendapatkan hati yang baru...


Dedicated for those new year's eves in the last 4 years. Thank you for those people who had been in those nights. Thank you for him who had given me those laughs and cheers.

Friday, December 21, 2007

Play With Your Own Mind

Seringkali kita merubah keputusan kita karena kita merasa takut akan akibat yang akan timbul. Seringkali lidah kita kelu karena kepanikan yang melanda ketika sebuah situasi mendadak ada di hadapan kita.

Biasanya rasa takut timbul karena kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi, tidak mengenal situasi, ataupun tidak yakin terhadap hal-hal yang kita hadapi. Biasanya kepanikan melanda ketika kita merasa kita tidak bisa menangani apapun yang sedang kita hadapi, tidak tahu keputusan apa yang harus diambil ataupun tidak yakin harus berbuat apa.

Sebenarnya dari mana sih rasa takut dan panik itu berasal? Bukankah itu semua hanya lahir dari pikiran kita sendiri? Kita sibuk bermain dengan isi kepala kita sendiri, tanpa menyadari bahwa kita belum pernah mencoba untuk melakukan hal-hal yang membuat kita takut itu. Kita sibuk memprediksikan akibat yang akan timbul tanpa kita menyadari bahwa justru kalau kita tidak panik, kita malah bisa menyelesaikan semuanya dengan baik.

Satu kata yang menjadi benang merah adalah keyakinan. Kalau kita yakin terhadap diri kita sendiri, tanpa harus jumawa dan menjadi congkak, kita akan menyadari bahwa tidak ada yang perlu kita takutkan selain Sang Pencipta dan tidak perlu panik karena Sang Pencipta bisa saja punya keputusanNya yang lain.

Thursday, November 29, 2007

Hidup = Pilihan


Kata orang hidup penuh dengan ketidakpastian, karena itulah yang membuat hidup itu menjadi penuh kejutan. Kata orang, hanya Tuhan yang tahu soal kepastian hidup setiap makhluk di dunia ini, dari kelahiran sampai kematiannya.

Tapi Tuhan juga yang menciptakan manusia dengan akal budi, yang membuat kita bisa berpikir lebih dan menciptakan teknologi dan ilmu baru yang membuat manusia bisa menebak umur seseorang. Membuat kita bisa merasakan ketika sesuatu akan segera berakhir...apakah itu hidup, pekerjaan, atau sebuah hubungan.

Seperti apakah kita akan menjalaninya ketika kita sudah mengetahui kapan akan berakhir dan seperti apa akan diakhiri? Bagaimana kita akan melewatkan tahun baru terakhir? Seperti apakah ulang tahun terakhir itu akan kita buat? Akankah kita bisa mengingat ciuman terakhir kita dengan orang yang sangat kita cintai? Apakah kita akan membuat momen-momen itu menjadi momen terbaik...atau justru kita akan menjauh perlahan demi menyelamatkan hati?

Hidup memang masalah pilihan...



Tuesday, November 20, 2007

It Takes Two To Tango


Sebuah berita di infotainment pagi ini mengingatkan saya pada salah satu kalimat yang sempat terlontar dari seorang teman. Menurut dia sebagai laki-laki, apabila seorang perempuan sampai hamil di luar nikah maka sebenarnya ada atau tidak adanya kejadian itu tergantung pada si perempuan. Hal ini diperkuat oleh seorang teman perempuan yang beropini bahwa kejadian ciuman ketika lagi mabuk berat antara seorang laki dan perempuan itu bisa terjadi apabila si perempuan membiarkan hal tersebut untuk terjadi.

Pertanyaan saya berikutnya adalah apakah memang makhluk yang namanya laki-laki itu tidak bisa berpikir dengan otaknya? Apakah selalu alat kelaminnya lebih mendominasi daripada hatinya? Apakah semua cowok jaman sekarang terlatih untuk memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan?
Atau sudah hampir tidak ada "so-called-gentlemen" di dunia ini? Masa sih?

Saya bukan seorang feminis...saya bukan perempuan yang menuntut persamaan hak dengan laki-laki di segala bidang. Saya adalah orang yang menikmati peran dan posisi saya sebagai manusia berjenis kelamin perempuan di dunia ini, dengan segala kelebihan dan fasilitas-fasilitasnya. Saya mengamati bahwa seringkali laki-laki merasa marah dan tersinggung apabila perempuan "melangkahi" laki-laki, terutama dalam masalah pengambilan keputusan dan kekuasaan. Seperti macan luka, egonya sebagai laki-laki langsung tergores. Tapi giliran urusan beginian?
Buat saya, bukanlah sebuah "priviledge" ketika laki-laki meletakkan posisi pemeran utama terhadap hal-hal di atas ke tangan perempuan semata-mata. Selalu butuh 2 orang untuk menjadikan sesuatu terjadi di antara laki dan perempuan...bukan cuma perempuan yang harus mengatur diri, laki-laki pun mampu menahan diri. Well, it always takes two to tango.