Beratnya Cobaan Bagai Pelangi Hidup
Sebagai manusia, kita punya banyak kekhilafan dan kelemahan. Seringkali kita tidak menyadari kelemahan kita, karena sibuk menutupinya ataupun meratapinya. Ketika itulah Tuhan datang dan memberikan cobaan, tepat di titik terlemah kita pada saat itu.
Untuk hidup yang harus selalu berhitung, alangkah beratnya cobaan ketika harus berhadapan dengan tagihan dari 3 rumah sakit per bulan. Demi cinta dan kasih sayang kepada belahan jiwa dan buah hati, segala kemampuan dia kerahkan demi menghadapinya. Kagum saya padanya, karena senyum tetap menghiasi wajahnya yang lelah.
Datanglah perempuan penuh perhatian, memberikan hatinya untuk mendengarkan curhat dari seorang laki-laki yang sedang mengalami krisis patah hati. Alangkah manisnya bila kemudian mereka menulis kisah bersama, alangkah idealnya. Sayangnya kenyataan tidak seindah lukisan.
Tertatih-tatih langkah menghadapi cobaan demi cobaan. Terkadang umpatan kekesalan tanpa sadar keluar dari mulut maupun pikiran kita. Tapi coba bayangkan hidup tanpa cobaan. Kita tidak bisa belajar menghargai hidup dan tidak pernah belajar menjadi dewasa. Tidak pernah ada tangis mampir dalam hidup kita (buat apa diciptakan tissue kalo gitu), sehingga kita pun tidak pernah memberikan senyum kemenangan. Kita juga tidak akan tahu bahwa ternyata keluarga dan teman-teman kita punya rasa sayang dan perhatian yang besar. Kebosanan akan membayang-bayangi hidup kita, karena tidak ada masalah yang bikin kita terbangun di tengah malam. Akankah hidup jadi menyenangkan? Apakah langit basah akan sama indahnya tanpa pelangi? Saya juga tidak tahu.